Cara menguasai public speaking
Seorang pembicara tentu akan kelihatan tidak baik bila ia terus
menundukkan kepala dan membacakan apa isi yang berada dalam kertasnya.
Alangkah sangat baiknya bila pembicara telah memahami dan menguasi isi
materi terlebih dahulu. Namun mengingat kelemahan manusia yang sangat
manusiawi yaitu lupa, maka dibutuhkanlah pengingat yang bisa memberikan
kita gambaran-gambaran singkat mengenai inti dan pokok tujuan
pembicaraan kita.
Dari sinilah ada beberapa hal yang bisa dilakukan pembicara untuk menyiasati hal tersebut :
Membuat poin-poin permasalahan
Karena koherensi dan keruntutan merupakan hal yang penting, usahakan untuk membuat poin-poin yang juga telah runtut
Membaginya menjadi : pembukaan, isi dan penutup
dari item-item tersebutlah bisa dibuat poin-poin penting yang ingin kita sampaikan
Membuat sub-sub poin bila memang hal tersebut dibutuhkan
Selain itu yang perlu dicatata adalah pembicara harus bisa menyampaikan gagasannya secara sistematis. Pembicara tidak boleh terus meloncat dari satu perbincangan ke perbincangan yang lain,karena justru itu yang akan menyulitkan pemahaman pendengar.
Kemudian menjelaskan sesuai dengan kadar pendengar, jangan karena nafsu ingin menjelaskan sesuatu yang luar biasa, kita abaikan aspek ini. Kita harus bisa menyederhanakan sedemikian rupa sehingga isi pembicaraan kita bisa terpahami dengan baik walau para pendengarnya belum pernah mengerti dan mempelajari hal tersebut sebelumnya.
Kalau memang kita mendapatkan kekusahan dalam penyederhanaan, maka ada baiknya porsi pembicaraan tersebut kita kurangi. Bila awalnya penjelasan ilmiahnya menguasai 60 % pembicaraan, kita ringkas hanya menjadi 30 %, sedangkan pembicaraan lain yang kira-kira mudah dipahami dan menarik antusiasme pendengar kita tingkatkan lagi.
Namun,bagaimanapun juga anda berbicara dan menyiapkan pointer,jangan pernah lupa untuk memakai formula keberhasilan pembicaraan dengan 10 T; tersenyum, tersenyum, tersenyum, tersenyum, tersenyum, tersenyum, tersenyum, tersenyum, tersenyum, tersenyum.
Ok. Selamat mencoba, semoga sukses di genggaman anda.
Dari sinilah ada beberapa hal yang bisa dilakukan pembicara untuk menyiasati hal tersebut :
Membuat poin-poin permasalahan
Karena koherensi dan keruntutan merupakan hal yang penting, usahakan untuk membuat poin-poin yang juga telah runtut
Membaginya menjadi : pembukaan, isi dan penutup
dari item-item tersebutlah bisa dibuat poin-poin penting yang ingin kita sampaikan
Membuat sub-sub poin bila memang hal tersebut dibutuhkan
Selain itu yang perlu dicatata adalah pembicara harus bisa menyampaikan gagasannya secara sistematis. Pembicara tidak boleh terus meloncat dari satu perbincangan ke perbincangan yang lain,karena justru itu yang akan menyulitkan pemahaman pendengar.
Kemudian menjelaskan sesuai dengan kadar pendengar, jangan karena nafsu ingin menjelaskan sesuatu yang luar biasa, kita abaikan aspek ini. Kita harus bisa menyederhanakan sedemikian rupa sehingga isi pembicaraan kita bisa terpahami dengan baik walau para pendengarnya belum pernah mengerti dan mempelajari hal tersebut sebelumnya.
Kalau memang kita mendapatkan kekusahan dalam penyederhanaan, maka ada baiknya porsi pembicaraan tersebut kita kurangi. Bila awalnya penjelasan ilmiahnya menguasai 60 % pembicaraan, kita ringkas hanya menjadi 30 %, sedangkan pembicaraan lain yang kira-kira mudah dipahami dan menarik antusiasme pendengar kita tingkatkan lagi.
Namun,bagaimanapun juga anda berbicara dan menyiapkan pointer,jangan pernah lupa untuk memakai formula keberhasilan pembicaraan dengan 10 T; tersenyum, tersenyum, tersenyum, tersenyum, tersenyum, tersenyum, tersenyum, tersenyum, tersenyum, tersenyum.
Ok. Selamat mencoba, semoga sukses di genggaman anda.
Comments
Post a Comment